Beton Ringan
Di Amerika, pemakaian beton
ringan pertama kali diperkenalkan pada Perang Dunia I (1917) oleh perusahaan Emergency Fleet Building. Beton ringan
bertulang tersebut memakai aggregate
expanded schale, dengan kekuatan 34,47 MPa dan berat isi 1760 kg/m3. Di
negara Jerman untuk pertama kalinya
beton ringan
dikembangkan oleh Joseph Hebel pada tahun 1943 melalui produk Hebel, yang
disebut Aerated Lightweight Concrete (ALC).
Material ini terbuat dari campuran kapur, pasir, silika, semen, air dengan
penambahan agregat ringan berupa polystiren.
Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat
ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3.
Sedangkan agregat ringan adalah agregat dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat isi < 1100 kg/m3.
Agregat ringan adalah agregat yang
mempunyai kepadatan sekitar 300 – 1850 kg/m3, mempunyai berat jenis
yang ringan dan porositas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat alam
maupun hasil buatan.
Menurut
American
Standard for Testing Materials
(ASTM) C.330, agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua yaitu agregat
alami dan agregat buatan. Agregat ringan buatan dapat berupa expanded clay, shale, slate, perlite, vermiculite, atau fly ash yang dapat berasal dari proses
pemanasan, pendinginan dan dari industri cinder.
Sedangkan agregat ringan alami meliputi jenis-jenis agregat diatomic, batu apung, scoria, volcanic cinders dan tuff yang
semuanya termasuk batuan asli vulkanik.
Karena beratnya yang ringan,
beton ringan mempunyai beberapa kelebihan
dalam hal pengangkutan dan pemasangan, berat
yang ringan dan memberikan beban lebih kecil untuk
struktur di bawahnya. Kelebihan lainnya adalah sebagai penghambat panas (heat
insulation), sebagai peredam suara (sound
insulation) dan lebih tahan api,
Secara garis besar penggunaan beton ringan dapat
dibagi tiga yaitu
- Untuk non struktur dengan berat jenis antara 240 kg/m3 – 800 kg/m3 dan kuat tekan antara 0,35 MPa – 7 MPa yang umumnya digunakan untuk dinding pemisah atau dinding isolasi
- Untuk struktur ringan dengan berat jenis 800 kg/m3 – 1400 kg/m3 dan kuat tekan antar 7 MPa – 17 MPa yang umumnya digunakan untuk dinding
- Untuk struktur dengan berat jenis antara 1400 kg/m3 – 1800 kg/m3 dan kuat tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.
Persentase jumlah kandungan semen yang tinggi membuat biaya produksi beton ringan
menjadi
lebih mahal. Kelemahan beton ringan adalah
pada tegangan tarik yang rendah dan getas. Kelemahan-kelemahan
ini terus diupayakan untuk
diperbaiki, misalnya dengan penambahan serat, penulangan dan penambahan
bahan penggantian semen dengan bahan pengikat lain yang
lebih murah
Beton Busa
Beton
busa merupakan jenis beton ringan yang paling mudah diproduksi. Beton busa
merupakan salah satu jenis beton ringan yang dibuat dengan membuat
gelembung-gelembung udara di dalam adukan semennya. Beton busa hanya mengandung tiga bahan baku, yaitu bahan
pengikat (semen atau kapur, atau keduanya), air dan gelembung gas. Dua jenis
beton busa yang utama adalah beton busa buatan pabrik dengan penggunaan uap
panas dan tekanan (autoclaved) dan
beton busa cetak di lokasi.
Salah satu cara menghasilkan beton
busa adalah dengan membuat gelembung-gelembung gas/ udara dalam campuran mortar
sehingga menghasilkan material yang berstruktur sel-sel, yang mengandung rongga
udara dengan ukuran antara 0,1-1,0 mm. Busa
yang terbentuk berupa balon-balon udara yang tidak saling berhubungan dan
terdistribusi merata di dalam beton. Porositas yang terjadi di dalam beton busa sebenarnya tidak membentuk jaringan kapiler, tetapi berupa
balon-balon udara yang tidak saling berhubungan.