Selasa, 09 Desember 2014

Beton Ringan Busa









Beton Ringan
Di Amerika,  pemakaian beton ringan pertama kali diperkenalkan pada Perang Dunia I (1917) oleh perusahaan Emergency Fleet Building. Beton ringan bertulang tersebut memakai aggregate expanded schale, dengan kekuatan 34,47 MPa dan berat isi 1760 kg/m3. Di negara Jerman untuk pertama kalinya  beton ringan dikembangkan oleh Joseph Hebel pada tahun 1943 melalui produk Hebel, yang disebut Aerated Lightweight Concrete (ALC). Material ini terbuat dari campuran kapur, pasir, silika, semen, air dengan penambahan agregat ringan berupa polystiren.
 
Beton ringan adalah beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1900 kg/m3. Sedangkan agregat ringan adalah agregat dalam keadaan kering dan gembur mempunyai berat isi < 1100 kg/m3. Agregat ringan adalah agregat yang mempunyai kepadatan sekitar 300 – 1850 kg/m3, mempunyai berat jenis yang ringan dan porositas yang tinggi, yang dapat dihasilkan dari agregat alam maupun hasil buatan.


Menurut American  Standard  for Testing Materials (ASTM) C.330, agregat ringan dapat dibedakan menjadi dua yaitu agregat alami dan agregat buatan. Agregat ringan buatan dapat berupa expanded clay, shale, slate, perlite, vermiculite, atau fly ash yang dapat berasal dari proses pemanasan, pendinginan dan dari industri cinder. Sedangkan agregat ringan alami meliputi jenis-jenis agregat diatomic, batu apung, scoria, volcanic cinders dan tuff yang semuanya termasuk batuan asli vulkanik.
Karena beratnya yang ringan, beton ringan mempunyai beberapa kelebihan dalam hal pengangkutan dan pemasangan, berat yang ringan dan memberikan beban lebih kecil untuk struktur di bawahnya. Kelebihan lainnya adalah sebagai penghambat panas (heat insulation), sebagai peredam suara (sound insulation) dan lebih tahan api,
Secara garis besar penggunaan beton ringan dapat dibagi tiga yaitu
  1. Untuk non struktur dengan berat jenis antara 240 kg/m3 – 800 kg/m3 dan kuat tekan antara 0,35 MPa – 7 MPa yang umumnya digunakan untuk dinding pemisah atau dinding isolasi
  2. Untuk struktur ringan dengan berat jenis 800 kg/m3 – 1400 kg/m3 dan kuat tekan antar 7 MPa – 17 MPa yang umumnya digunakan untuk dinding
  3. Untuk struktur dengan berat jenis antara 1400 kg/m3 – 1800 kg/m3 dan kuat tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.

 
Persentase jumlah kandungan semen yang tinggi membuat biaya produksi beton ringan menjadi lebih mahal. Kelemahan beton ringan adalah pada tegangan tarik yang rendah dan getas. Kelemahan-kelemahan ini terus diupayakan untuk diperbaiki, misalnya dengan penambahan serat, penulangan dan penambahan bahan penggantian semen dengan bahan pengikat lain yang lebih murah


Beton Busa

Beton busa merupakan jenis beton ringan yang paling mudah diproduksi. Beton busa merupakan salah satu jenis beton ringan yang dibuat dengan membuat gelembung-gelembung udara di dalam adukan semennya. Beton busa hanya mengandung tiga bahan baku, yaitu bahan pengikat (semen atau kapur, atau keduanya), air dan gelembung gas. Dua jenis beton busa yang utama adalah beton busa buatan pabrik dengan penggunaan uap panas dan tekanan (autoclaved) dan beton busa cetak di lokasi.
Salah satu cara menghasilkan beton busa adalah dengan membuat gelembung-gelembung gas/ udara dalam campuran mortar sehingga menghasilkan material yang berstruktur sel-sel, yang mengandung rongga udara dengan ukuran antara 0,1-1,0 mm. Busa yang terbentuk berupa balon-balon udara yang tidak saling berhubungan dan terdistribusi merata di dalam beton. Porositas yang terjadi di dalam beton busa sebenarnya tidak membentuk jaringan kapiler, tetapi berupa balon-balon udara yang tidak saling berhubungan.






 

1 komentar:

Pages

Text Widget

status

status

Pages - Menu

Modus pencarian cepat